Goes to The Pines (jadi & tidak jadi:0)
Tahukah
anda tempat yang bernama The Pines? Dari namanya mungkin sudah terbayang bahwa
itu adalah sebuah tempat hasil karya alam dan sedikit kontribusi manusia di
mana terdapat banyak sekali pohon pinus. Tempat yang terletak di kawasan
Dayu-Pandaan-Pasuruan ini merupakan tempat wisata alam yang menawarkan
kerindangan hutan pinus beserta rumah pohonnya dan beraneka permainan outbond.
Cocok sebagai tempat mengadakan kompetisi team work ataupun sekedar bersantai bersama
teman dan keluarga karena di sana juga terdapat kedai makanan dan minuman.
Lebih asyik lagi jika membawa peralatan piknik sendiri yang penting tetap
menjaga kelestarian hutan. Ooopss. Selalu begini yah, OOT. Maaf, so kembali
lagi ke judul awal.
Jadi, ini
adalah cerita mengenai perjalanan saya bersama teman-teman saya, Icha, Vicky,
Dori, dan Yudi. Mengapa saya mencantumkan dalam kurung “jadi & tidak jadi”
karena memang perjalanan kami ke The Pines ini terjadi dalam dua session.
Session pertama terjadi sekitar akhir desember 2012, saat itu sedang libur
akhir tahun dan kebetulan tempat saya PSG juga sudah libur jadi saya mengiyakan
ajakan teman-teman untuk melihat keindahan panorama hutan Pines. Untuk mencapai
ke the pines melalui tempat kami berangkat butuh waktu sekitar seperempat jam
perjalanan dan ketika kami sudah menjalani ¾ dari perjalanan kami, hujan deras
disertai angin kencang turun dengan gembira. Dan inilah session “tidak jadi
pergi ke Pines”. Kami pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan
memilih (terpaksa) berlindung di sebuah pos yang terletak di dalam kawasan
taman dayu. Pos yang kecil serta hanya dapat kami gunakan bagian luarnya saja
karena memang bagian dalam terkunci cukup untuk melindungi kami dari resiko
basah kuyup. Kami memang bukan pengendara motor yang baik, dua buah motor untuk
lima orang, dua helm, dan nol mantel sudah sering kami terapkan dalam
perjalanan kami. Kali ini kami mungkin kena batunya, bukan pelajaran dari pak
polisi, ini pelajaran dari alam yang senantiasa mengiringi setiap saat kami
membolang. Namun apalah kami ini, dalam kondisi seperti apapun pasti selalu
terselip kelucuan dan kegembiraan yang mungkin bagi sebagian orang itu terlihat
konyol.
Satu jam lebih
sudah kami menghabiskan waktu kami di pos untuk berfoto dan membuat video (ini
adalah ritual rutin kami saat bepergian bersama, jadi jangan heran kalau dalam
kondisi seperti itu pun kami masih sempat melakukannya) dan saya mulai
merasakan perasaan cemas. Di tengah sesi pembuatan video bertema “bertahan ala
bollywood saat hujan”, seorang laki-laki parubaya dengan mengendarai motor
menghampiri kami dan lucunya hal itu terjadi saat kami mengambil adegan
tampar-menampar antara Icha dan Vicky yang seketika itu langsung bubar barisan
jalan! Hahaha. Tak kami duga ternyata kehadiran bapak itu adalah untuk
menyampaikan pesan penting terhadap kami mengenai seringnya kejadian criminal
di daerah yang kami tempati tersebut pada saat sepi. Kamipun langsung
mengindahkan nasehat bapak tersebut dengan segera pergi meski harus menerjang
hujan. Itu terdengar lebih masuk akal ketimbang kami harus mati konyol karena
dikeroyok preman mabuk, hiii serem. Selama perjalanan turun ternyata hujan
berangsur-angsur reda (atau memang daerah atas saja yang hujan lebat) dan
ooops, motor yang dikendarai Yudi mogok. Hufft. Berhentilah kami di tepi jalan
taman dayu yang begitu sepi dan kami masih sempat untuk melakukan ritual resmi
kami. Kali ini saya membawa sponsor yaitu produk air minum Aqua untuk berfoto,
hehe. Hujan masih ada meski hanya berupa gerimis, dan tak kami hiraukan, sesi
pemotretan tetap berlangsung:p dan Alhamdulillah motorpun sudah sembuh, kami
siap mengekhiri sesi foto dan melanjutkan sesi pulang. Setibanya di taman dayu
bagian bawah, wow! Kering bo! Kami sudah seperti rombongan tikus yang habis nyemplung got. Tapi apalah kami, malah
tertawa bahagia menertawai diri sendiri tanpa rasa malu.
Setibanya
di rumah basecamp (rumah Icha) saat kami akan melakukan ritual kami yang lain
yaitu tidur bareng (dalam makna positif yaJ) kami kedatangan salah dua
teman kami sebut saja mereka Djodi dan Syahrul membawa sebuah kabar duka. Saya
yang saat itu sedang pulang ke rumah (100m dari rumah Icha) guna mengambil
laptop hanya menjumpai wajah-wajah yang lesu seketika saya tiba di rumah Icha.
Belum sempat saya melepas sandal mereka mengatakan bahwa teman kami, Robbi
telah berpulang menghadap sang khalik seketika itu badan saya terasa lunglai.
Saya masih tidak percaya dan berusaha mengkonfirmasi kebenaran berita itu
kepada teman-teman namun yang saya dapati memang itulah kenyataannya. Dan
hingga sekarang (setahun setelah kepergiannya) kami seolah masih tidak dapat
percaya, namun tuhan yang maha kuasa telah menjalankan haknya untuk mengambil
nyawa setiap hamba yang ia kehendaki dan kami hanya bisa melepasnya dengan
do’a. okay, supaya tidak hujan air mata dan OOT, saya langsung menginjak ke
sesi “jadi pergi ke Pines” :D
.
Perjalanan
kedua kami ke pines terjadi kurang lebih satu bulan setelah perjalanan pertama
gagal. Kali ini personilnya bertambah menjadi tujuh orang (atau anak yah,
hehe). Saat itu tepatnya akhir bulan januari memang hujan sudah cukup jarang
ditambah kami berangkat lebih pagi. So, akhirnya kami berhasil menggapai
kesejukan suasana di the pines. Dan, hal pertama yang kami lakukan setibanya di
sana? Tentu saja menjalankan ritual resmi. Hehe. Setelah puas berpose kami
melanjutkan perjalanan ke air terjun. Air terjun apa? Saksikan liputannya di
posting berikutnya. Byeee:D
0 komentar:
Post a Comment