Monday, 7 January 2013

Goes to The Pines (jadi & tidak jadi:0)

Goes to The Pines (jadi & tidak jadi:0)
Tahukah anda tempat yang bernama The Pines? Dari namanya mungkin sudah terbayang bahwa itu adalah sebuah tempat hasil karya alam dan sedikit kontribusi manusia di mana terdapat banyak sekali pohon pinus. Tempat yang terletak di kawasan Dayu-Pandaan-Pasuruan ini merupakan tempat wisata alam yang menawarkan kerindangan hutan pinus beserta rumah pohonnya dan beraneka permainan outbond. Cocok sebagai tempat mengadakan kompetisi team work ataupun sekedar bersantai bersama teman dan keluarga karena di sana juga terdapat kedai makanan dan minuman. Lebih asyik lagi jika membawa peralatan piknik sendiri yang penting tetap menjaga kelestarian hutan. Ooopss. Selalu begini yah, OOT. Maaf, so kembali lagi ke judul awal.
Jadi, ini adalah cerita mengenai perjalanan saya bersama teman-teman saya, Icha, Vicky, Dori, dan Yudi. Mengapa saya mencantumkan dalam kurung “jadi & tidak jadi” karena memang perjalanan kami ke The Pines ini terjadi dalam dua session. Session pertama terjadi sekitar akhir desember 2012, saat itu sedang libur akhir tahun dan kebetulan tempat saya PSG juga sudah libur jadi saya mengiyakan ajakan teman-teman untuk melihat keindahan panorama hutan Pines. Untuk mencapai ke the pines melalui tempat kami berangkat butuh waktu sekitar seperempat jam perjalanan dan ketika kami sudah menjalani ¾ dari perjalanan kami, hujan deras disertai angin kencang turun dengan gembira. Dan inilah session “tidak jadi pergi ke Pines”. Kami pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan memilih (terpaksa) berlindung di sebuah pos yang terletak di dalam kawasan taman dayu. Pos yang kecil serta hanya dapat kami gunakan bagian luarnya saja karena memang bagian dalam terkunci cukup untuk melindungi kami dari resiko basah kuyup. Kami memang bukan pengendara motor yang baik, dua buah motor untuk lima orang, dua helm, dan nol mantel sudah sering kami terapkan dalam perjalanan kami. Kali ini kami mungkin kena batunya, bukan pelajaran dari pak polisi, ini pelajaran dari alam yang senantiasa mengiringi setiap saat kami membolang. Namun apalah kami ini, dalam kondisi seperti apapun pasti selalu terselip kelucuan dan kegembiraan yang mungkin bagi sebagian orang itu terlihat konyol.
Satu jam lebih sudah kami menghabiskan waktu kami di pos untuk berfoto dan membuat video (ini adalah ritual rutin kami saat bepergian bersama, jadi jangan heran kalau dalam kondisi seperti itu pun kami masih sempat melakukannya) dan saya mulai merasakan perasaan cemas. Di tengah sesi pembuatan video bertema “bertahan ala bollywood saat hujan”, seorang laki-laki parubaya dengan mengendarai motor menghampiri kami dan lucunya hal itu terjadi saat kami mengambil adegan tampar-menampar antara Icha dan Vicky yang seketika itu langsung bubar barisan jalan! Hahaha. Tak kami duga ternyata kehadiran bapak itu adalah untuk menyampaikan pesan penting terhadap kami mengenai seringnya kejadian criminal di daerah yang kami tempati tersebut pada saat sepi. Kamipun langsung mengindahkan nasehat bapak tersebut dengan segera pergi meski harus menerjang hujan. Itu terdengar lebih masuk akal ketimbang kami harus mati konyol karena dikeroyok preman mabuk, hiii serem. Selama perjalanan turun ternyata hujan berangsur-angsur reda (atau memang daerah atas saja yang hujan lebat) dan ooops, motor yang dikendarai Yudi mogok. Hufft. Berhentilah kami di tepi jalan taman dayu yang begitu sepi dan kami masih sempat untuk melakukan ritual resmi kami. Kali ini saya membawa sponsor yaitu produk air minum Aqua untuk berfoto, hehe. Hujan masih ada meski hanya berupa gerimis, dan tak kami hiraukan, sesi pemotretan tetap berlangsung:p dan Alhamdulillah motorpun sudah sembuh, kami siap mengekhiri sesi foto dan melanjutkan sesi pulang. Setibanya di taman dayu bagian bawah, wow! Kering bo! Kami sudah seperti rombongan tikus yang habis nyemplung got. Tapi apalah kami, malah tertawa bahagia menertawai diri sendiri tanpa rasa malu.
Setibanya di rumah basecamp (rumah Icha) saat kami akan melakukan ritual kami yang lain yaitu tidur bareng (dalam makna positif yaJ) kami kedatangan salah dua teman kami sebut saja mereka Djodi dan Syahrul membawa sebuah kabar duka. Saya yang saat itu sedang pulang ke rumah (100m dari rumah Icha) guna mengambil laptop hanya menjumpai wajah-wajah yang lesu seketika saya tiba di rumah Icha. Belum sempat saya melepas sandal mereka mengatakan bahwa teman kami, Robbi telah berpulang menghadap sang khalik seketika itu badan saya terasa lunglai. Saya masih tidak percaya dan berusaha mengkonfirmasi kebenaran berita itu kepada teman-teman namun yang saya dapati memang itulah kenyataannya. Dan hingga sekarang (setahun setelah kepergiannya) kami seolah masih tidak dapat percaya, namun tuhan yang maha kuasa telah menjalankan haknya untuk mengambil nyawa setiap hamba yang ia kehendaki dan kami hanya bisa melepasnya dengan do’a. okay, supaya tidak hujan air mata dan OOT, saya langsung menginjak ke sesi “jadi pergi ke Pines” :D.






Perjalanan kedua kami ke pines terjadi kurang lebih satu bulan setelah perjalanan pertama gagal. Kali ini personilnya bertambah menjadi tujuh orang (atau anak yah, hehe). Saat itu tepatnya akhir bulan januari memang hujan sudah cukup jarang ditambah kami berangkat lebih pagi. So, akhirnya kami berhasil menggapai kesejukan suasana di the pines. Dan, hal pertama yang kami lakukan setibanya di sana? Tentu saja menjalankan ritual resmi. Hehe. Setelah puas berpose kami melanjutkan perjalanan ke air terjun. Air terjun apa? Saksikan liputannya di posting berikutnya. Byeee:D

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.